BAB I
KESENIAN
MENJELANG DAN KEDATANGAN BANGSA INDIA
A.
Latar Belakang Pertumbuhan
Selama berjuta
tahun manusia hidup dalam masa prasejarah. Pada masa ini manusia hidup
bergantung dengan alam. Kemudian manusia dengan akalnya mulai membuat alat-alat
yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi keadaan alam ini. Alat yang dibuat
masih sederhana, awalnya hanya sedikit merubah bentuk aslinya tapi sedikit demi
sedikit mengalami perubahan. Kepulauan Indonesia (Nusantara) yang merupakan
suatu gugusan terpanjang dan terbesar di dunia, terdiri dari dataran sunda dan sahul.
Berdasarkan
latar belakang historis bahwa kata ”Nusantara” adalah sebuah kata majemuk yang diambil
dari bahasa Jawa kuno. Kata ini terdiri
dari kata-kata nusa yang berarti ‘pulau’ dan antara berarti ‘lain’. Istilah ini
digunakan dalam konsep kenegaraan “Jawa”
artinya daerah di luar pengaruh budaya Jawa. Dalam penggunaan bahasa
modern, istilah Nusantara biasanya meliputi daerah kepulauan Asia Tenggara atau wilayah
Austronesia. Sehingga pada masa sekarang ini banyak orang menggunakan istilah
geografis ini untuk menunjukkan sebagai satu kesatuan pulau di Nusantara
termasuk wilayah-wilayah di Semenanjung Malaya (Malaysia, Singapura) dan
Filipina bahkan beberapa negara di wilayah Indochina seperti Kamboja akan
tetapi tidak termasuk wilayah Papua. Di sisi lain, istilah geografis Nusantara
saat ini sering diartikan sebagai Indonesia yang merupakan satu identitas politik.
Wilayah Nusantara
terletak pada persilangan jalan, antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik,
atau lebih khusus, Benua Asia dan Australia. Persilangan ini telah menjadikan
wilayah Nusantara sebagai tempat persinggahan bagi pelayar dan pedagang
terutama dari Cina ke India atau sebaliknya. Persinggahan para pelayar dan
pedagang dari berbagai mancanegara telah menjadikan Nusantara sebagai tempat
kehadiran semua kebudayaan besar didunia. Bukti-bukti penemuan artefak-artefak
seperti prasasti, uang logam dan gerabah memberikan informasi kehadiran
bangsa-bangsa besar tersebut. Seperti prasasti berbahasa Tamil ditemukan di
desa Lobu Tua pesisir Barat Sumatra (Barus), porselin dan gerabah Cina
ditemukan di Palembang, nisan dan uang logam Arab ditemukan di Aceh. Dari
penemuan-penemuan tersebut, para arkeolog dan sejarahwan menyusun kronologis
sejarah Indonesia menjadi suatu kebudayaan. Kata kebudayaan berasal dari kata
Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Di
samping itu pendapat lain mengupas kata kebudayaan sebagai perkembangan dari
kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi (kemampuan dari akal)
yang berupa cipta rasa dan karsa, maka kebudayaan diartikan sebagai hasil dari
cipta rasa karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan
dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kebudayaan material dan kebudayaan
immaterial. Kebudayaan material/jasmaniah adalah kebudayaan yang dapat diraba,
dilihat secara konkrit/nyata atau yang bersifat kebendaan. Contohnya meja,
buku, gedung, pakaian dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan
immaterial/rohaniah/spiritual adalah kebudayaan yang tidak dapat dilihat dan
diraba tetapi dapat dirasakan dan dinikmati contohnya religi, kesenian,
ideologi, filsafat dan sebagainya.
Pada makalah
yang ini penulis membahas tentang kesenian menjelang dan kedatangan bangsa
India.
B. Kebudayaan Sebelum Datangnya Bangsa India
Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa
perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan yang ada sebelum
kebudayaan India datang yaitu Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Dongson, dan Kebudayaan Sa
Huynh.
ü BUDAYA BACSON-HOABINH
Diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM.
Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah yang
sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami
dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat
pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang
berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari
berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia
yang dikuburkan dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah. Ditemukan
dalam penggalian di
pegunungan batu kapur di daerah Vietnam
bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan
tempat pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua
sisi permukaannya. Batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan dan
seringkali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh
wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga
propinsi-propinsi Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di
daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah
Lhokseumawe dan Medan. Alat-alat yang
ditemukan di daerah tersebut menunjukkan kebudayaan Mesolitikum. Dimana
kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Terdapat pula kapak yang sudah
diasah tajam, hal ini menunjukkan kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara kapak
tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek.
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek membawa kita
melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah
di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang letaknya saling berdekatan.
Mme Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/ memberi
nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan
Bacson-Hoabinh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin
merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut kebudayaan ini
sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand.
Di Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoid dan Europaeide.
Selain itu ada jenis Mongoloid dan australoid.
1.
Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang daerah
penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga
pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan Mesolitikum
yang belum di asah (pebbles).
2.
Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki
kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
3.
Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa
Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh
Kepulauan Indonesia.
BUDAYA
DONG SON
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara.
Di daerah ini ditemukan segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi
serta kuburan dari masa itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan
tempat penyelidikan yang pertama. Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada
tahun 1500 SM-500 SM. Bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam.
Di daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu
diperkirakan berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan
berbagai tempat di Indonesia. Meskipun benda-benda perunggu telah ada sebelum
tahun 500 SM terdiri atas kapak corong (corong merupakan pangkal yang berongga
untuk memasukkan tangkai atau pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong,
ujung tombok bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil
kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di
Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di
daerah Pejeng. Nekara merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan
masyarakat prasejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai
sistem kehidupan dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya
lebih kecil) ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan
Indonesia merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia
Tenggara.
Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan
terbanyak nekara ditemukan di
Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan. Nekara yang penting ditemukan di Indonesia
adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa dengan hiasan gambar
orang-orang berseragam menyerupai pakaian dinasti Han (Cina)/ Kushan (India
Utara)/ Satavahana (India Tengah)Selain nekara ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti
patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun
perhiasan-perhiasan.
Bagi Indonesia pengaruh kebudayaan Dongson sangat penting. Hal ini
dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya
bercorak Dong Son, bukan mendapat
pengaruh budaya logam dari Cina maupun India. Hal ini terlihat dari kesamaan
corak hiasan dari bahan-bahan yang digunakan. Dari penemuan benda budaya Dong Son
diketahui cara pembuatannya dengan menggunakan teknik cetak lilin. Masa ini telah
terjadi tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah
dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol
kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu
Semenanjung Malaya. Pembawa kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia. Pendapat tentang
kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
o Zaman
Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu
tulis, zaman kebudayaan kapak persegi.
o Zaman Perunggu,
kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan candrasa.
Penyebaran
kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia
menjadi 2, yaitu:
o Kebudayaan
Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak Pedalaman
o Kebudayaan
Melayu Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga dan Lombok
BUDAYA
SA HUYNH
Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M. Pada
dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson. Karena
peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan
Dong Son. Budaya Sa
Huynh ditemukan
di kawasan pantai Vietnam
Tengah ke Selatan sampai
lembah sungai Mekong.
Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu kelompok
penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham)
yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh
budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk Vietnam sekarang
yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang. Orang-orang Cham
merupakan kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai
kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur tempayan (jenazah
dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut adalah adat kebiasan
yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia sebab penguburan
dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya yang lain.
Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh memiliki
persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut Sulawesi.Kebudayaan Sa
Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti
tembilang dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau
bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan gelang berbentuk spiral.
Teknologi pembutan peralatan besi yang diperkenalkan ke daerah Sa Huynh
berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di daerah Sa Huynh
berupa beberapa perhiasan, seperti gelang , lonceng, dan bejana-bejana kecil.
Ditemukan pula manik-manik emas yang langka dan kawat perak serta manik-manik
kaca dari batu agate bergaris dan berbagai manik-manik Carnelian (bundar,
berbentuk cerutu). Ditemukan alat-alat dari perunggu seperti bejana kecil,
selain itu terdapat gelang-gelang dan perhiasan-perhiasan.
Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan benda-benda
perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan penemuan 7 buah
nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130 nekara yang berhasil
ditemukan hingga tahun 1990. Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah
Indonesia melalui 2 jalur, yaitu:
a. Jalur
darat : Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b. Jalur
laut : Menyeberang lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia
Kesimpulan yang didapat sebelum ke datangan bangsa India ke Indonesia
adalah karena hidupnya sudah menetap maka akan ada perkampungan, sedikit demi
sedikit dengan berjalannya waktu akan menjadi semakin besar, beberapa kampung
bersatu membentuk kampung yang lebih besar lagi. Dengan semakin besarnya
kelompok masyarakat maka sedah tentu pembagian tugas sangat diperlukan. Mereka
mulai membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan tugas dan kerja. Di sini
terbentuk kelompok pande besi, pande perunggu, petani, pedagang, peternak, dan
pemburu. Karena setiap kelompok mempunyai penghasilan yang berbeda maka
terjadilah komunikasi timbal balik antara si konsumen dan produsen. Perdagangan
telah dilakukan dengan sisitem barter. Dengan demikian terbentuklah kelompok
yang terampil dalam masyarakat yang biasa disebut perundagian ( R.P. Soejono
disandur Bambang Suwondo dkk dalam buku Sejarah Seni Indonesia, 1979: 9).
Akibatnya
dari
kelompok yang semakin besar ini diperlukan kepemimpinan yang adil, bijaksana,
dan jujur. Seorang pemimpin aninisme, dinamisme atau dukun biasanya memegang peranan penting. Upacara
yang memegang peranan penting adalah upacara penguburan, biasanya sebagai titik
akhir dari upacara ini dengan dibangunnya sebuah bangunan sebagai lambang roh
si mati (nenek moyang) pemujaan pada roh nenek moyang ini berlanjut sampai
datangnya pengaruh baru dari India. Pengaruh baru ini kemudian diolah kembali,
sebagian langsung diserap sebagian ada yang dibuang atau dicampur. Hasil
pengolahan budaya Indonesia dengan anasir baru inilah yang menjelma sebagai
budaya Indonesia pada masa selanjutnya.
§ Seni Lukis /
Hias
Di Indonesia Seni Lukis atau Hias memegang peranan
penting sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Pola hias di Indonesia
mempunyai banyak keseragaman terutama pola geometrik (ayaman, tumpal, meander,
lingkaran, tangga, titik-titik, garis-garis, pilin berganda, swastika, huruf S,
dll) yang mempunyai sifat universal. Pola hias geometrik adalah pola hias yang
paling banyak dan paling sering digunakan dalam seni hias di Indonesia. Pola
hias ini mengandung arti sosial, geografis, dan religius. Pola hias binatang yang
sering dipakai ialah burung, reptil, kijang, harimau, kuda, gajah, katak,
kura-kura, ikan, anjing, babi dan kerbau. Pola hias lain yang sering dipakai
adalah tanaman, matahari, bulan, perahu dan rumah.
a. Pola
hias geometri terdapat pada rumah-rumah adat Toraja, Sulawesi Tengah. Biasanya ragam
hias ini awalnya digunakan pada ayaman sederhana lalu diaplikasi menjadi ragam
hias ukir kayu.
Ragam
hias ada yang memperlihatkan kekuatan sakti terdapat pada
muka dan mata orah. Kedok atau the mask digunakan
untuk menangkis kekuatan jahat. Keterangan gambar disamping ini; a. terdapat
dalam leher kendi yang digunakan untuk menjenasahkan orang mati; b. kampak
perunggu dalam bentuk cakra matahari ditemukan di Danau Sentani, Papua; c.
kampak perunggu yang ditemukan di Sulawesi Selatan; d. sepasang mata pada
kampak perunggu asal jawa; e. dua kedok pada nekara kuningan dari
§ Seni Patung /
Arca
Adanya kepercayaan tentang sesuatu di luar manusia, dan
benda-benda sekelilingnya mengakibatkan mereka berusaha untuk membuat sesuatu
benda sebagai personifikasi sesuatu itu. Masyarakat ini yang harus bergulat
dengan tanah untuk pertanian lalu beranggapan bahwa tanah merupakan suatu unsur
yang penting. Karena dari tanah inilah sumber kehidupan mereka utama. Hal ini
pulalah yang menimbulkan imajinasi tentang dewi kesuburan melindungi pertanian.
Patung-patung batu di Indonesia ditemukan di Sumatera Selatan. Patung tersebut
tersebar ke daerah Lahat, Karangindah, Tinggihari, Tanjung-sirih, Padang,
Tebatsibentur, Tanjungmenang, Tanjungtebat, Pematang, Airdingin, Tanjungberingin,
Geramat, Tegurwangi dan Airpurah. Patung ini menggambarkan manusia, gajah,
kerbau, monyet, harimau (Van der Hoop, 1932).
Patung - patung megalit
yang terdapat di Taman Nasional Lore Lindu usianya telah mencapai ribuan tahun,
yang tersebar di Lembah Napu, Besoa dan Bada. Patung-patung megalit tersebut
merupakan patung-patung megalit yang terbaik di antara patung-patung sejenisnya
yang ada di Indonesia. Dahulunya merupakan
patung untuk pemujaan nenek moyang masyarakat yang bermukim di sekitar Taman
Nasional Lore Lindu. Patung yang tingginya antara 1,5 sampai 4 meter ini
diklasifikasikan menjadi empat jenis;
1.
Patung berbentuk manusia, biasanya
memiliki ciri-ciri manusia, patung ini ditandai dengan mata dan kepala yang
besar, selain itu juga terdapat patung yang berbentuk binatang.
2.
Kalamba; megalit yang
menyerupai jambangan besar dan merupakan tempat penampungan air dan tempat
penyimpanan mayat pada upacara-upacara penguburan para bangsawan, karena
masyarakat di sekitar Taman Nasional Lore Lindu mempunyai tradisi jenasah
dikuburkan dengan segala keperluan hidup dialam baka.
3.
Tutu'na; piring-piringan dari
batu dan merupakan penutup Kalamba.
4.
Batu Dakon; jenis batu-batuan
yang bentuknya tidak beraturan.
§ Bangunan
1. Rumah, pada mulanya hanya
dibuat dari ranting-ranting pepohonan yang diberi atap dedaunan. Atapnya langsung
menempel ke tanah, bentuk rumah ini kebulat-bulatan. Kemudian bentuk rumah mengalami
perkembangan menjadi persegi panjang. Untuk menghindar dari binatang buas maka
dibuatlah rumah yang dibangun diatas tiang-tiang. Perumahan ini biasanya
dibentuk oleh beberapa keluaraga yang masih satu kerabat. Biasanya bentuk rumah
dibagi dalam beberapa ruangan. Pembagian ruangan ini ditentukan oleh peraturan
adat istiadat. Tempat yang paling utama adalah untuk tempat pusaka nenek moyang
mereka. Kemudian juga ditentukan tempat penyimpanan makanan, tempat alat-alat
kerja, tempat tidur, dan sebagainya. Untuk menyimpan hewan piaraan
mereka,dipilih tempat dibawah rumah (kolong rumah) mereka. Karena kehidupan
mereka yang dipengaruhi oleh lingkungan alam maka dicari daerah yang dekat
dengan air dan ladang. Rumah berbentuk panggung ini mempunyai bentuk seperti
pelana kuda. Di atas atap rumah ini digambarkan binatang melata yang dianggap
sebagai penolak bahaya. Sebuah tangga digunakan untuk tempat orang naik dan
turun dari rumah. Mereka memberi hiasan pada rumah mereka ini, mulai dari atap
sampai ketangganya. Ujung atap rumah diberi rumbai-rumbai seperti hiasan (H.R.
Van Heekeren, 1958).
2. Bangunan, selain tempat
berlindung juga dibuat bangunan yang berfungsi sakral. Bangunan ini terdiri
dari undakan batu, tembok batu, jalanan batu, dolmen, punden berundak (piramida),
kubur batu, altar.
Menurut J.L.A Brandes (1887) masyarakat prasejarah Asia Tenggara termasuk kepulauan Indonesia telah
mempunyai kepandaian menjelang masuknya pengaruh kebudayaan India, yaitu:
1. Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat
prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum. Buktinya yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman
prasejarah adalah ditemukannya lukisan
perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini
berarti pada masa tersebut sudah
mempercayai akan adanya roh.
Kepercayaan terhadap roh terus
berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan
pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap
roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme. Animisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme
artinya paham atau kepercayaan. Di
samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan Dinamisme. Dinamisme adalah kepercayaan
terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon
(batu indah) dianggap memiliki
kekuatan.
2. Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa
tersebut sangat sederhana. Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat
untuk membentuk keteraturan hidup.
Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem
kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok memiliki
aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian sistem
kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
3. Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal
oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat. Selanjutnya masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga
tidak lagi bergantung pada humus,
dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Sistem persawahan dikenal oleh masyarakat prasejarah Indonesia pada masa neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap
dan teratur.
Pada masa perundagian sistem
persawahan mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
4.
Pelayaran
Dengan
adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan
bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki
kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat
kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk sampai
kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan
adalah perahu bercadik.
![](file:///C:/Users/LENDRA~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image028.gif)
Gambar Perahu Bercadik Prasejarah Indonesia
![Description: Figure 2. The rig of a single-outrigger travelling canoe of Satawal, Caroline Islands, from Pâris (1841).](file:///C:/Users/LENDRA~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image030.jpg)
Gambar perahu prasejarah Indonesia
Kombinasi dari kerangka
tunggal dan layar segitiga yang didorong oleh tiang miring (Horridge 1986:86)
adalah keunikan Austronesians. Kerangka tiang yang terhubung ke pelampung
dengan balok penghubung bersudut miring yang ditempa ke dalam pelampung kayu
yang lembut. Bersama dengan tali temali dan cara berlayar kano dengan kerangka
tunggal dengan kerangka kapal yang mengambang ke atas angin, kita mengamati
bahwa Austronesians memiliki mesin pelayaran dengan gabungan ciri khas, setelah
disempurnakan, akan selalu harus dibangun dan dijalankan di cara yang sama. Dua
tiang layar segitiga juga merupakan ciri
khas dari Austronesians. Pasak tiang yang berporos pada titik, yang dapat
miring ke depan dan belakang sebagai kendali kapal (seperti pada windsurfer), tersebar melintang untuk
melawan angin, dan ketika layar ditarik ke dalam dan ke arah buritan kapal
kemudi otomatis yang cukup dekat dengan angin. Karena itu, tidaklah perlu untuk
menciptakan kemudi tetap, dan layar dorong dengan alat peraga yang bergerak
sehingga tidak ada kebutuhan untuk menciptakan katrol atau tiang tetap. Bahkan,
tali temali tidak terikat pada kain dan karena prinsipnya sama sekali berbeda
dengan tiang tetap yang mungkin telah menyebar ke arah timur dari Samudera
Hindia.
5. Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Sejak
zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang tinggi,
dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak
dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu
perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam
bidang pertanian. Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal
oleh masyarakat prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi
pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu
menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam.
6. Kesenian
Kesenian
dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang dibuktikan
dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk selanjutnya
kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Neolithikum, karena pada
masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari menanam hingga panen. Yang
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik,
gamelan bahkan wayang. Dari uraian tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa
seni membatik, gamelan dan wayang adalah kesenian asli bangsa Indonesia.
![Description: http://www.wacananusantara.org/images/peninggalan/Prasejarah/lukisan%20gua/maluku/lukisan%20gua-7.jpg](file:///C:/Users/LENDRA~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image032.jpg)
![Description: IMG_2767.JPG](file:///C:/Users/LENDRA~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image034.jpg)
Gambar
disamping menggambarkan batik dengan motif dekoratif (sumber: Art Pusaka
Indonesia).
Dalam kondisi peradaban seperti itulah mereka kemudian berkenalan dan
menerima para niagawan dan musafir dari India ataupun dari Cina.
C. Pengaruh India Dalam
Kebudayaan Indonesia
Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang
berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama
pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai
tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan
perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang,
termasuk pedagang India.
Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor
kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang
akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di
Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb.
Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra
sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu
jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut
kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan
manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf
Brahmi.
Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur
perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan
dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut
menyebabkan:
a. Tersebarnya
agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b. Dikenalnya
sistem pemerintahan kerajaan
c. Dikenalnya
bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi
masyarakat kepulauan Indonesia
d. Budaya
India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah
Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam perkembangan
masyarakat prasejarah menjadi masyarakat sejarah. Pengaruh Indonesia yang
sampai India :
1. Perahu bercadik
milik bangsa Indonesia mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan
(Menurut Hornell)
2. Kelapa asli dari
Indonesia yang dijadikan barang perdagangan hingga sampai di India.
Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat secara umum dengan adanya:
1.
Arca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan,
yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).
2.
Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa
Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.
3.
Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca
Gunahasa, di India Utara.
Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam
bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan
begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya
tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal
baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam
kebudayaan Indonesia tampak pada:
·
Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi
merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi
selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk
tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan
masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
o Candi
Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
o Candi
Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
o Candi
Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja
yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai
perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh
nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada
umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat
pemujaan roh nenek moyang, dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.
·
Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat
pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan
pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga
terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula
relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan
nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
·
Seni kriya
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di
Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan
hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin,
manik-manik.
·
Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada
prasasti-prasasti (abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah
mengenal huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf
Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi
ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai
lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa
Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang
ada di Malang.
·
Kesastraan
Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang
dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya
disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada
irama dari India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut
terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita
(kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah
keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah
India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha
yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra,
terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat
mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang
berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula
tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh
ini tidak ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa
Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana
yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat
mengangkat seorang pemimpin atau kepala
suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang
yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan
tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau
kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem
pemerintahan yang berbentuk
kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan
kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas
nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat
yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek
moyang yang didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima
dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu
disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai
adanyapenerapan
hukuman terhadap para
pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan
menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial
masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem
gotong-royong. Dalam perkembangannya kehidupan
sosial masyarakat Indonesiadistratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai
mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia,
masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan
Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai
menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga
kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek
moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.
BAB II
KESIMPULAN
Nilai-nilai peninggalan budaya
masa prasejarah yang harus selalu ditiru dalam masyarakat Indonesia ini terdiri dari:
1.
Nilai Religius/Keagamaan
Nilai
ini mencerminkan adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka,
dalam hal ini mereka berusaha membatasi perilakunya. Dari uraian tersebut,
sikap yang perlu diwariskan adalah sikap penghormatan kepada yang lain,
mengatur perilaku agar tidak semaunya dan penghormatan serta pemujaan sebagai
dasar keagamaan.
2.
Nilai Gotong Royong
Masyarakat
prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan kelompok
bersama, membangun rumah juga dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat dibuktikan
dari adanya bangunan-bangunan megalith yang dapat dipastikan secara gotong
royong/bersama-sama. Dengan demikian patutlah ditiru bahwa hal-hal yang
menyangkut kepentingan bersama hendaklah dilakukan secara bersama-sama (gotong
royong) dengan prinsip berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
3.
Nilai musyawarah
Nilai
ini sudah dikembangkan oleh masyarakat prasejarah dalam hidupnya seperti dalam
pemilihan pemimpin masyarakat dalam usaha pertanian dan perburuan. Dari
perilaku tersebut menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya asas demokrasi.
4.
Nilai Keadilan
Sikap
ini sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu
yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan tenaga dan kemampuannya sehingga
tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini
berkembang pada masa perundagian, yaitu pembagian tugas berdasarkan
keahliannya. Dari nilai tersebut mencerminkan sikap yang adil karena setiap
orang akan memperoleh hak yang sama/tugas yang sama apabila didukung oleh
kemampuannya. Demikianlah nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah yang
patut
0 comments:
Post a Comment